Friday 19 February 2010

MATA MELIRIK HATI MENANGIS












Kisah nyata di Bumi Semenanjung, sendak sendu ratapan Pribumi Patani, keganasan dan kekejaman bermaharajalela di semenanjung bumi Melayu. Nyawa-nyawa mereka melayang tidak lagi bererti bagi masyarakat kecil di bumi Patani, kenyataan ini sebagai bukti imprealis Siam tidak akan berhenti di sini. Tragedi-tragedi ini terus saja berulang kembali dalam kurun waktu dari senja sampai kemalam hari tanpa pasti, ini bukan kebetulan atas tragedi pembunuhan seorang Ibu bersama puterinya yang sedang menjalani hidup dengan mencari rezeki menoreh getah bersama suami. Sedangkan puterinya juga telah kehilangan suami mati dibedil dan menjadi yatim 2 orang anak kecil berusia 3 tahun dan 14 bulan.


Tragedi ini adalah murni kekejaman Siam terhadap orang-orang Patani, di mana lagi mereka harus berlari, untuk hidup ini wajib mencari rezeki, kekejian ini terjadi saat pagi hari di suatu Desa yang bernama “Kucing Lepas”, dalam wilayah Narathiwat. Pembunuhan ini terjadi di Subuh hari saat sebuah keluarga berangkat pergi mencari rezeki dengan mengandalikan penghasilan dari menoreh getah. Suami dan Isteri berserta seorang anak perempuannya yang masih janda, sebelum ini suami kepada anak perempuan tersebut telah dibedil mati tanggal 25 Ramadhan 1430. Semua ini mereka jalani dari hari kehari tanpa henti karena ketergantungannya kepada pendapatan sehari-hari dalam memenuhi keperluan hidup di tengah-tengah kekejaman dan kengerian perang yang sedang terjadi.


Keluarga ini tidak akan utuh lagi setelah kejadian yang menimpa mereka, perasaan ngeri dan takut serta dendam akan selalu menghantui sang suami yang kehilangan anak sebagai buah hati yang selalu menemani dan membantu keluarga dengan jerit payahnya, walaupun pahit tetap saja beliau jalani, yang suatu hari akan menjadi Ibu kepada si Kakek dengan bayinya dengan karunia Ilahi, entah itu perempuan atau lelaki karena kini semua itu tidaklah berarti lagi, karena kini hanyalah luka yang mendalam di hati yang akan di kenang sampai kelak maut dan ajal menjeput di kemudian hari. Begitu juga seorang Isteri yang sabar menemaninya dan sanggup menempuh susah payah tanpa menyerah sampai ajal menjemputnya dalam tragedi ini.


Nyawa ini sangatlah berarti bagi setiap insan penghuni bumi, jangankan manusia bahkan binatang sekalipun berjuang mempertahankan diri. Namun bukan dalam tragedi ini. Karena ini adalah murni pembunuhan keji yang tidak ada pengadilan dari pihak berkuasa dan tidak akan ada apa-apa bukti untuk menjerat pelaku samar dan makar yang berlindung di bawah undang-undang dan atarun-aturan dengan Piagam Tunggal “Melindungi Negara dengan Pembedilan dan Pembunuhan secara buta-tuli”. Terbukti sudah bahwa kehidupan di semenanjung bumi Patani tidak ada lagi yang peduli, membiarkan kekejaman berlangsung dan menyelubungi di setiap desa dan perkampungan kecil.

Pembunuhan dan pembedilan di sana sini sebagai kebijakan Pemerintah Siam “Membangun Ekonomi dan Menegakkan Keadilan Masyarakat Patani”. Hanya segelitir orang yang matanya melirik dan hatinya menangis setelah melihat tragedi ini dengan naluri dan hati nurani.


No comments:

Post a Comment